Resensi Buku Ayah Karya Irfan Hamka



Buku Ayah

Karya : Irfan Hamka

Penerbit : Republika
Tebal buku : 323
Buku ayah adalah buku biografi Buya Hamka yang ditulis secara langsung oleh anaknya sendiri, yaitu Irfan Hamka. Pada buku ini, terdapat berbagai bab-bab yang menceritakan kisah Buya Hamka diberbagai sisi. Untuk BAB 1 menceritakan sejenak mengingat nasihat ayah yang diberikan kepadanya lalu dituangkan ke dalam buku ini, salah satunya nasihat untuk pembohong.  Ayah menyampaikan bahwa bohong adalah salah satu dosa yang harus dipertanggungjawabkan kepada Allah dan orang yang suka berbohong lama kelaman tidak bisa lagi membedakan kebenaran dan kebohongan yang diucapkannya, yang akhirnya masyarakat tahu bahwa dia selalu berbohong dan diberi gelar “Pembohong”.
BAB 2 menceritakan ayah dan masa kecil kami, salah satunya adalah ayah seorang pejuang. Pada saat itu kami sedang di bawah jajahan Belanda, ayah merupakan salah satu tokoh yang memperjuangkan Indonesia. Setiap harinya ayah berjelajah menyusuri hutan ke berbagai daerah Sumatera dan Riau. BAB 3 menceritakan ayah berdamai dengan jin. Ceritanya berawal dari keluarga kami yang pindah rumah ke daerah Kebayoran Baru, Jakarta. Ketika dalam pembangunan pun para pekerja bangunan sudah diganggu oleh makhluk yang tidak kasat mata yang kami beri nama “Kakek bertongkat”.  Kejadian memuncak ketika setiap tengah malam pukul 12 terdengar suara Tok..Tok..Tok diluar pavilliun rumah kami. Dengan berbagai kejadian aneh yang terus di alami, ayahpun langsung berbicara dengan makhluk tersebut. Singkat cerita ayah membuat persetujuan dengan makhluk tersebut untuk saling menjadi penghuni rumah ini namun tidak saling menggangu. BAB 4 menceritakan  ayah, ummi, dan aku naik haji , disini menjelaskan salah satu kisah dimana kami mendapatkan tawaran oleh Presiden Soeharto untuk naik haji. Pada zaman dahulu jika naik haji naik kapal laut bukan pesawat. Selama perjalanan naik haji banyak kisah yang terjadi, salah satunya ketika ada calon jama’ah haji yang meninggal lalu jenazahnya di masukkan ke dasar laut, bukannya tanah.
BAB 5 menceritakan perjalanan maut ayah, ummi, dan aku. Ada 4 kejadian yang hampir membuat kami tidak bisa terselamatkan, yaitu kejadian pesawaat saat mengunjungi irak, dikejar angin topan pasir yang mengerikan, dalam kecepatan 120 mil per jam sopir tertidur, dan menghadapi air bah di gunung granit. BAB 6 Menceritakan Ayah seorang sufi di mataku. Penulis mengatakan bahwa ayah memang seperti seorang sufi, hal ini dapat dibuktikan dengan kejadian pada saat diterpa angin topan, saat menyebut “Allah,Allah,Allah” seperti banyak orang padahal keadaannya di mobil hanya 4 orang saja, yaitu penulis, ummi, ayah, dan umar si supir. BAB 7 menceritakan ayah dan ummi, teman hidupnya. Bab ini menceritakan bagaimana sosok ummi yang selalu ada di sisi ayah saat senang maupun duka. Salah satu sifat ummi yaitu sangat cinta dengan silaturahmi. BAB 8 menceritakan kucing kesayangan ayah, yaitu si kuning. Kucing ayah selalu menemani ayah kemanapun ayah pergi terkhusus ketika akan shalat berjamaah ke masjid Al-Azhar. Ketika meninggalpun Si kuning terlihat ada di kuburan ayah. BAB 9 menceritakan hasil karya ayah dan beberapa kisahnya. Salah satunya kisah ayah berjiwa besar dan pemaaf. Contohnya ketika ayah ditahan pada zaman soekarna karena difitnah melakukan kudeta. Namun, ketika mendekati ajalnya Soekarno memberi wasiat agar jenazahnya disholatkan oleh ayah, dan ayah pun tidak berpikir panjang dan langsung menerimanya. BAB 10 menceritakan ayah meninggal dunia akibat penyakit Diabetes Milletus yang semakin parah.
Penjelasan diatas hanya sebagian dari kisah-kisah Buya Hamka dalam buku ini. Hikmah yang bisa saya ambil dari buku ini, ternyata menjadi seorang tokoh itu perjuangannya tidak bisa diangap remeh, dari kepribadian Buya Hamka, saya ingin mempelajari bagaimana menjadi seseorang yang berjiwa pemaaf tanpa meninggalkan jejak dendam sedikit pun, dan selalu tenang dimanapun situasinya, karena kita harus ingat bahwa Allah SWT selalu di sisi kita.

Comments

Popular Posts